Perjalanan Senja Senja Indonesia [Prompt#78] Menjamu Senja

[Prompt#78] Menjamu Senja



Dirimu pasti lelah setelah bekerja seharian penuh. Dihempaskannya tubuhmu itu di sofa empuk itu. Setelah memesan, wajahmu tak pernah berpaling dari langit di hadapanmu. Langit yang sedang memerah itu seakan menghipnotismu. Tak peduli dengan orang lain di sekitarmu. Kamu longgarkan ikatan dasi yang mengekang itu.

“Terima kasih,” ucapmu saat pesananmu dihantarkan.

Sebotol minuman berwarna merah itu mulai berkurang seiring waktu. Namun sepanjang itu pula kamu tak berpaling, apalagi pada diriku ini. Dan kini kamu sibuk dengan telepon genggammu. Entah gadis mana yang kamu ajak kencan malam ini.

Sudah terlalu sering aku melihatmu bersama berbagai gadis. Gadis-gadis cantik yang tak pernah kau ajak kembali ke tempat ini. Pelariankah? Kamu melambaikan tanganmu ke arah gadis berbaju merah darah itu. Cantik, harus kuakui. Seleramu tidak pernah berkurang. Hanya yang cantik yang kau temui.

Tawa mesra dari si gadis membuatmu tersenyum. Lelah yang tadi terlihat dari matamu, pudar sudah. Perlahan kamu melingkarkan tanganmu ke pinggang gadis itu.

Dia pun menambatkan kepalanya di bahumu yang kekar itu. Menjamu senja di hadapan bersama dirinya, itulah yang kamu lakukan. Sepertinya dirimu memang tahu bagaimana memanjakan seorang gadis dengan senja.

“Senja memberi keindahan pada bumi, tapi masih ada yang bisa mengalahkannya.”

Ah lagi-lagi kamu memulai rayuanmu itu. Rayuan yang seringkali kudengar. Pada puluhan gadis lainnya. Sebentar lagi pasti kamu akan melanjutkan rayuanmu itu.

“Kecantikanmu mengalahkan senja. Mataku tak dapat berpaling darimu sejak kamu menapakkan kaki di pintu itu.”

Seperti biasa, gadis ini pun luluh, tersipu malu mendengar rayuanmu. Tak lama lagi. Yah, tak lama lagi pasti. Seperti biasanya. Setelah membayar tagihan, dirimu pun menggandeng gadis itu ke tempatmu. Dan artinya itu adalah akhir bagi si gadis, karena besok, dia takkan pernah mendengar kabar darimu lagi. Seperti gadis-gadis lainnya.

Dan aku akan menunggumu di sini kembali besok, seperti biasa. Menjamu senja di balik punggung kekarmu itu. Dari balik kacamataku ini.

“Sampai kapan kamu hanya akan mengamatiku?”

Tiba-tiba suaramu ada di sampingku, mengejutkanku. Dirimu ternyata tidak pergi bersamanya, masih di sini. Aku hanya terdiam, menatap wajah tampanmu yang kurindu itu.

“Tak sakitkah dirimu melihat aku bersama gadis demi gadis yang kuajak ke sini?”

Aku masih terdiam. Kamu mengetahui diriku di sini, mengamatimu? Pikiranku bergejolak.

“Aku letih menjamu senja yang tak kuinginkan,” lanjutmu. “Letih menjamu semua senja semu yang sengaja aku bayar untuk memancing senja sejati. Aku ingin bersama senja yang aku idamkan. Dirimu.”

Kamu pun duduk di sampingku. Jemari tanganmu mengisi setiap ruas jariku. Kamu mencium punggung tanganku lembut.

“Senja, aku lelah berpura-pura menjamu senja semu. Aku ingin menikmati senja bersamamu, sekarang dan selamanya.”

Aku pun tersipu malu menatap matamu. Wajahmu memancarkan bias kemerahan senja.

“Senja, maukah kamu memaafkanku dan kembali bersamaku merajut rumah tangga kita yang hancur setahun lalu?” tanyamu. “Kamu pun di sini bukan tanpa alasan kan?”

Kamu memang mengenalku, walau kamu tidak menatapku langsung. Tapi kamu memang mengenalku dengan baik Martin. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku. Menyandarkannya ke bahu yang kurindukan selama ini. Semoga kali ini untuk selamanya.

***

Total 481 kata untuk Prompt#78 Menikmati Senja dari Monday Flash Fiction. Diminta pakai POV#2 juga. 😀 Kripik pedesnya ditunggu ya.

30 thoughts on “[Prompt#78] Menjamu Senja”

  1. mmm…itu…gadis-gadisnya dibunuh apa gimana, mas? *keracunan criminal mind* trus si mantan istri itu kerja di situ apa gimana ya, kok bisa lihat mantan suami terus?

    hasil ngenet di warnet ini mas baru bisa komen.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.