Kategori: Gadis Senja
Banyak yang bisa kau lihat dari jendela kamar hotel ini. Lantai enam cukup tinggi untuk melihat semuanya. Gimana? Keren, sih. Cuma, andai saja aku nggak terbangun malam itu. Waktu masih menunjukkan pukul 3:00 dini hari. Nggak sabar menunggu kegiatan kami berikutnya pukul enam. Mungkin itu yang bikin aku terbangun terlalu …
Kuharap aku cukup berani untuk mengajakmu bicara. Kamu selalu duduk dekat jendela, memesan secangkir kopi hitam. Kamu juga sering memandang keluar jendela dan tidak melakukan hal lain. Kamu terlihat seperti sedang menunggu seseorang. Ya, tentu saja. Kamu selalu menunggu kedatangannya. Aku pernah melihatmu dengan perempuan itu. Kalian berdua dulu suka …
“Kamu mau pesan apa?” Tara melirik menu dengan cepat. Gadis langsing berambut ikal gelap itu tidak butuh waktu lama untuk memutuskan. “Salad, kentang rebus, dan air mineral saja.” Alan meliriknya dengan tatapan tidak percaya. “Yakin kamu maunya itu saja?” Ketika Tara hanya mengangguk sambil tersenyum, Alan bertanya lagi, “Terus dessert-nya …
Surat cinta untuk calon suamiku... aku harus membatalkan pernikahan kita karena aku adalah dia yang kau anggap jijik. #Fiksi
Terima kasih sahabatku... persahabatan kita selama ini memang melalui dunia maya saja, namun semua itu nyata. Selamat ulang tahun!
Seorang gadis yang dianggap anak monster oleh ibunya sendiri. Kisah sedih yang mungkin berdasarkan kisah nyata oleh Gadis Senja
Pernah aku amat membenci iklan shampo di TV. Menurutku iklan-iklan itu lebay (berlebihan) dan mendiskriminasikan cewek-cewek yang rambutnya nggak panjang, hitam, dan…ah, lurus! Kesannya hanya itu yang jadi ciri-ciri mutlak rambut rapi, indah, dan idaman lawan jenis. Yang lain nggak masuk hitungan. Bah! Contohnya aku. Sejak SD, beragam julukan pernah …
Entah apa yang tengah merasuki Adrian malam itu. Gara-gara Darla memutuskannya begitu saja, cowok jangkung berambut ikal gelap itu langsung stres berat seketika. Dia manut saja ketika Ramon, troublemaker se-fakultas, mengajaknya clubbing bareng gengnya yang terkenal tak kalah ‘kacau’. Nge-bir pun akhirnya dilakoni. (Padahal, biasanya boro-boro Adrian kepikiran. Sampai dibilang …
Piano hitam besar itu tampak berdebu di ruang tengah. Seminggu berlalu dan belum sempat kubersihkan. Ah, aku bahkan enggan menyentuhnya… Dulu, piano itu begitu terawat, hingga ke sudut senar dan sela tuts. Hitam mengkilat di permukaan, tampak elegan. Kamu rajin membersihkannya. Bagimu, piano itu bukan hanya alat musik. Piano itu …
Handi: “Pergi, aku benci kamu!” Erika melempar bantal ke arahku. Ini sudah kesekian kalinya dia mengamuk. Padahal, lagi-lagi masalahnya sepele. Kali ini soal makanan. Erika harus mengikuti pola diet berupa makanan organik. Lebih banyak sayur dan buah. Biasanya, dia menurut bila mood-nya sedang bagus. Namun, kali ini istriku mengamuk. Dia …