Site icon Perjalanan Senja

#1 Apalah Arti Menunggu

Hembusan bau tanah yang basah setelah hujan selalu membuatku tenang, tapi nyatanya hari ini… Bau tanah itu hanya membuatku gundah.

Kalau ada yang melihatku dari tadi di sini, mungkin mereka sudah berteriak memintaku untuk berhenti mondar-mandir ala setrika yang meluruskan pakaian. Hanya saja, tidak seperti setrika, justru aku malah meruwetkan yang sudah baik. 🙂

Hujan memang baru saja berhenti di rumahku. Dan aku masih menanti kabar dari seseorang yang katanya akan datang hari ini, setelah 3 tahun dia stay di luar negeri. Bekerja.

Dimas… Ah, sebuah nama yang mengisi waktu-waktu kuliahku dulu. Kini dia kembali. Dia memberitahuku bahwa hari ini dia akan datang. Kembali tuk selamanya. Dia memintaku menunggunya karena dia akan datang menjemput.

Teringat kenangan-kenangan manisku bersamanya dulu. Dia begitu perhatian dan selalu melindungiku. Bersama-sama kami selalu berdua. Walau tanpa ikatan apapun saat itu, kami tahu bahwa kami adalah satu. Dia dan aku takkan dapat dipisahkan.

Hampir setiap hari dia menjemputku kuliah dan karena jurusan kami berbeda, kami harus berpisah selama pelajaran, namun pasti akan bersama lagi selama jeda pelajaran ataupun pulang.

Nonton… Itulah kesukaan kami. Tapi genre film yang kami suka berbeda. Aku menyukai film-film horror dan kartun. Sedangkan dia sangat menyukai genre drama dan… India. Yang terakhir itu beneran. Dia sangat suka sekali dengan film India. Dan kalau ditanya kenapa dia suka, dia hanya senyum saja. Dan menggoyangkan badannya ala-ala bintang film India.

Konyol! Itulah yang terlihat darinya setiap kami menghabiskan waktu bersama. Dia mampu menghiburku di kala aku sedang ada masalah. Dia selalu ada untukku.

Aku menyayanginya. Dan hari ini… Aku ingin dia tahu bahwa aku sayang dia dan tak ingin kehilangan dia lagi. 3 tahun tanpanya adalah 3 tahun terlama yang kulalui.

Kupandangi lagi jalan depan rumahku. Belum terlihat pula tanda-tanda kedatangannya. Dan aku semakin tak sabaran menunggunya. Aku berharap dia segera di hadapanku.

***

Tak lama kemudian, aku mendengar suara mobil mendekat dan berhenti di depan rumahku. Kulihat seseorang turun dari mobil itu dan mendekatiku. Tak kukenal dia. Sungguh. Bukan Dimas.

Aku semakin cemas, karena kuyakin orang itu ada hubungannya dengan Dimas.

‘Yanti? Saudari Yanti Kumala?’ Tanya orang itu yang kubalas dengan anggukan kepalaku.

Orang itu pun kembali berbicara. Dia bicara banyak… Tapi yang aku ingat, hanya gelap. Dan aku pun pingsan. Saat kusadar, orang itu masih di hadapanku. Aku kini berbaring di sofa ruang tamuku.

‘Kamu tidak apa-apa?’ Tanya orang itu. Aku hanya mengangguk dan bertanya, ‘yang anda katakan barusan benar? Itu kenyataan?’

Orang itu pun menganggukkan kepalanya. Kepalaku terasa berat. Tak sanggup mencerna apa yang baru saja kudengar, kalau ini komik Jepang, aku pasti sudah mengepalkan kedua tanganku di depan mulutku dan berteriak: ‘Tidakkkkkkk’ tapi inilah kenyataan. Dan aku hanya bisa tersenyum menerima kenyataan itu.

Yah… Aku hanya bisa menerima kenyataan apa yang dikatakan orang di hadapanku barusan.

‘Aku Timothy, suami Dimas. Dimas baru saja masuk rumah sakit karena mengalami kecelakaan dalam perjalanan ke sini. Dia ingin mengenalkanku padamu. Maaf kalau saya lancang memperkenalkan diri saya, tapi saya ingin mengajakmu ke rumah sakit sekarang. Saya takut waktunya sedikit lagi.’ Ucap pria tampan di hadapanku ini. Entah, mana yang membuatku shock. Kecelakaan dan kondisi kritis Dimas ataukah kenyataan Dimas sudah menikah dengan …. Timothy.

Ryan

211011 0649

Exit mobile version